Kamis, 03 November 2011

All for one and one for all


Pada suatu hari, seorang tukan kayu dipanggil ke gereja untuk membuat sebuah mimbar baru, untuk mnggantikan mimbar yang lama karena sudah lapuk dan rusak.
Dalam sebuah kotak milik tukang kayu tersebut, perkakas-perkakas sedang terlibat perseteruan. Bebeapa di antaranya ingin agar palu diganti sebagai pemimpin karena ribut dan sombong. Palu menjawab “jika kalian ingin menyingkirkanku, maka kalian harus menyingkirkan paku juga karena agar paku berguna, ia harus dipau berkali-kali.”
“tunggu dulu.” Sahut paku. “jika aku disingkirkan, maka kalian harus menyingkirkam amplas juga. Apapun yang dilakukan hanyalah dipermukaan.” Amplas menyela ,“jika itu persoalannya maka penggaris juga harus menyingkir. Dia selalu menggunakan dirinya sebagai ukuran bagi segala sesuatu, dia selalu benar.”
Penggaris mengejek, “jika ada yang paling tidak diinginkan disini, itu adalah serut. Dia tidak pernah melakukan apa-apa kecuali melicinkan urat-urat kayu.”
Saat mereka sibuk berdebat, tukang kayi tersebut  langsung berkerja membuat sebuah mimbar, yang akan digunakan untuk menyebarkan Firman Tuhan. Sepanjang hari ia menggunakan palu, paku, amplas, penggaris, serut, dan perkakas lainnya. Saat tukang kayu mengamati mimbar yang sudah selesai itu, gergaji berdiri dan berkata, “mimbar ini membuktikan, bahwa kita semua adalah rekan kerja Allah.”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar