Pada suatu hari, seorang tukan kayu dipanggil ke
gereja untuk membuat sebuah mimbar baru, untuk mnggantikan mimbar yang lama
karena sudah lapuk dan rusak.
Dalam sebuah kotak milik tukang kayu tersebut,
perkakas-perkakas sedang terlibat perseteruan. Bebeapa di antaranya ingin agar
palu diganti sebagai pemimpin karena ribut dan sombong. Palu menjawab “jika
kalian ingin menyingkirkanku, maka kalian harus menyingkirkan paku juga karena
agar paku berguna, ia harus dipau berkali-kali.”
“tunggu dulu.” Sahut paku. “jika aku disingkirkan,
maka kalian harus menyingkirkam amplas juga. Apapun yang dilakukan hanyalah
dipermukaan.” Amplas menyela ,“jika itu persoalannya maka penggaris juga harus
menyingkir. Dia selalu menggunakan dirinya sebagai ukuran bagi segala sesuatu,
dia selalu benar.”
Penggaris mengejek, “jika ada yang paling tidak
diinginkan disini, itu adalah serut. Dia tidak pernah melakukan apa-apa kecuali
melicinkan urat-urat kayu.”
Saat mereka sibuk berdebat, tukang kayi tersebut langsung berkerja membuat sebuah mimbar, yang
akan digunakan untuk menyebarkan Firman Tuhan. Sepanjang hari ia menggunakan
palu, paku, amplas, penggaris, serut, dan perkakas lainnya. Saat tukang kayu
mengamati mimbar yang sudah selesai itu, gergaji berdiri dan berkata, “mimbar
ini membuktikan, bahwa kita semua adalah rekan kerja Allah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar